Suluhjateng, Wonosobo – Sudah banyak masyarakat Indonesia yang berkunjung dan berwisata ke Dieng. Namun, hanya sedikit orang yang mengetahui asal-usul dari pada nama Dieng itu sendiri.
Padahal, dieng ternyata mempunyai sejarah panjang yang apabila ditelusuri ternyata bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun. Bahkan untuk mengerti nama “Dieng” saja, ternyata juga membutuhkan proses yang mendalam.
Sebab, nama Dieng ternyata menyimpan berbagai rahasia yang di dalamnya mengandung ajaran-ajaran agama.
Namun, dalam artikel ini, kita akan membawas asal muasal dari nama Dieng itu sendiri agar wisatawan bisa mengenal Dieng lebih dalam.
Dikutip dari Wikipedia, nama "Dihyang" berasal dari bahasa Jawa Kuno yakni, di yang berarti "tempat" dan hyang berarti "leluhur".
Secara harfiah Dihyang bermakna "tempat para leluhur". Dihyang adalah daerah pegunungan, orang Jawa kuno percaya bahwa para leluhur dan dewa bersemayam di tempat ketinggian.
Sebuah prasasti mengungkapkan bahwa wilayah Dihyang oleh orang Jawa Kuno pada zamannya digunakan untuk pusat beribadah.
Disebutkan dalam prasasti Gunung Wule tahun 861 Masehi, seseorang diperintahkan memelihara bangunan suci di daerah yang bernama Dihyang.
Masyarakat pada umumnya menyebut daerah ini dengan sebutan populer "negeri di atas awan", karena wilayah tersebut dikelilingi awan atau kabut dari pegunungan.
Dihyang (bahasa Jawa: Diyeng, bahasa Belanda: Dijëng, disebut juga sebagai Dieng) merupakan kawasan budaya dan pegunungan di pulau Jawa di provinsi Jawa Tengah. Mencakup wilayah agraris yang memiliki iklim tropis dengan tingkat curah hujan tinggi.
Dihyang dahulu merupakan pusat kegamaan Hindu dan tempat ditemukannya delapan candi dari Kerajaan Mataram Kuno.
Belum ditemukan sumber prasasti mengenai kapan candi tersebut dibangun, diperkirakan berkisar antara pertengahan abad ke-7 hingga abad ke-8 Masehi; candi yang ditemukan di daerah Dieng diketahui didapati memiliki struktur batu tertua yang diketahui di Jawa.
Pada zamannya candi di Dihyang diperkirakan berjumlah 400 tetapi hanya delapan yang tersisa. Candi-candi yang tersisa sekarang dinamai menurut nama tokoh pada epos Mahabharata dan pewayangan Jawa.
Ditinjau dari segi arsitektur candi di Jawa Tengah, candi Dihyang memliki gaya arsitektur Jawa Tengahan atau Mataraman.
Penelitian yang dilakukan memperkirakan bahwa candi-candi tersebut dibangun dalam periode yang sama, berkisar antara abad ke-7 hingga ke-8.
Artikel Terkait
Tak Hanya Evennya, Ini Wisata Menarik yang Patut Dikunjungi Saat Dieng Culture Festival
Berkunjung ke Dieng Culture Festival, Jangan Lupakan Wisata Kulinernya
Pesona Gunung Dieng yang tak Henti Jadi Jujukan Wisatawan, Begini Sejarahnya
Berwisata ke Dieng, Ini Tempat yang Cocok untuk Dikunjungi
Jalngan Lewatkan, Ini 5 Tempat Terbaik Melihat Sunrise di Kawasan Dieng
5 Oleh-oleh Khas Dieng yang Wajib Anda Beli Agar Tidak Menyesal