Duluhjateng – Sejarah Rebo wekasan hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Tetapi masyarakat sudah biasa melakukan ritual saat rebo wekasan ini.
Rebo wekasan sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh orang Indonesia untuk menyebut hari rabu terakhir dalam bulan safar kalender jawa.
Dalam buku Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (1984) karya Karel A. Steenbrink dijabarkan bahwa tradisi rebo wekasan ini sudah muncul sejak awal abad ke-17.
Kali pertama yang muncul adalah di wilayah Aceh, Sumatera, dan Jawa, juga di sebagian wilayah Riau, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, bahkan Maluku.
Bagi warga Muslim di Aceh Selatan, istilah Rebo Wekasan dikenal sebagai tradisi “makmegang” yang diadakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Ritual tolak bala ini berupa doa bersama di tepi pantai yang dipimpin oleh seorang teungku dan diikuti oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan sebagian warga.
Bergeser ke Pulau Jawa, umumnya tradisi Rebo Wekasan lebih banyak dilakukan, terutama oleh masyarakat di tepi pantai.
Daerah-daerah yang melakukan tradisi ini kebanyakan adalah daerah pesisir, yang relatif lebih dulu, kuat, dan kosmopolit keislamannya dibanding daerah pedalaman.
Sementara cara masyarakat dalam menyikapi Rebo Wekasan di masing-masing daerah di Jawa berbeda-beda.
Contohnya, sebagian warga Muslim di Banten dan Tasikmalaya juga beberapa daerah lainnya di Jawa Barat, yang biasanya menunaikan salat khusus bersama di pagi hari pada Rabu terakhir bulan Safar itu.
Di Bantul, Yogyakarta, tepatnya di Desa Wonokromo, tradisi tolak bala terkait Rebo Wekasan diterapkan dengan pembuatan lemper raksasa yang nantinya dibagi-bagikan kepada warga atau orang-orang yang hadir dalam acara itu.
Sedangkan di ujung timur Jawa, Banyuwangi, diadakan tradisi petik laut untuk memperingati Rebo Wekasan oleh sebagian masyarakat pesisir di Pantai Waru Doyong.
Kemudian di Banyuwangi, ada pula komunitas warga yang melakukan tradisi tolak bala dengan makan nasi yang dibuat khusus, bersama-sama di tepi jalan.
Sementara sebagian warga Muslim di Kalimantan Selatan menyikapi Arba Mustamir atau Rebo Wekasan dengan beberapa cara, di antaranya adalah dengan salat sunah disertai doa tolak bala, selamatan kampung, tidak bepergian jauh, tidak melanggar pantangan, hingga mandi Safar untuk membuang sial. ***
Artikel Terkait
Pengertian Rebo Wekasan yang Jatuh Setiap Akhir Bulan Safar