Sejarah Rebo Wekasan yang Belum Banyak Diketahui Masyarakat, Tapi Dilakukan Ritualnya

- Selasa, 20 September 2022 | 06:07 WIB
Ilustrasi Rebo Wekasan./Pexels.com/Joonas kääriäinen
Ilustrasi Rebo Wekasan./Pexels.com/Joonas kääriäinen

DuluhjatengSejarah Rebo wekasan hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Tetapi masyarakat sudah biasa melakukan ritual saat rebo wekasan ini. 

Rebo wekasan sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh orang Indonesia untuk menyebut hari rabu terakhir dalam bulan safar kalender jawa.

Dalam buku Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (1984) karya Karel A. Steenbrink dijabarkan bahwa tradisi rebo wekasan ini sudah muncul sejak awal abad ke-17.

Kali pertama yang muncul adalah di wilayah Aceh, Sumatera, dan Jawa, juga di sebagian wilayah Riau, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, bahkan Maluku.

Bagi warga Muslim di Aceh Selatan, istilah Rebo Wekasan dikenal sebagai tradisi “makmegang” yang diadakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Ritual tolak bala ini berupa doa bersama di tepi pantai yang dipimpin oleh seorang teungku dan diikuti oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan sebagian warga.

Bergeser ke Pulau Jawa, umumnya tradisi Rebo Wekasan lebih banyak dilakukan, terutama oleh masyarakat di tepi pantai.

Daerah-daerah yang melakukan tradisi ini kebanyakan adalah daerah pesisir, yang relatif lebih dulu, kuat, dan kosmopolit keislamannya dibanding daerah pedalaman.

Sementara cara masyarakat dalam menyikapi Rebo Wekasan di masing-masing daerah di Jawa berbeda-beda.

Contohnya, sebagian warga Muslim di Banten dan Tasikmalaya juga beberapa daerah lainnya di Jawa Barat, yang biasanya menunaikan salat khusus bersama di pagi hari pada Rabu terakhir bulan Safar itu.

Di Bantul, Yogyakarta, tepatnya di Desa Wonokromo, tradisi tolak bala terkait Rebo Wekasan diterapkan dengan pembuatan lemper raksasa yang nantinya dibagi-bagikan kepada warga atau orang-orang yang hadir dalam acara itu.

Sedangkan di ujung timur Jawa, Banyuwangi, diadakan tradisi petik laut untuk memperingati Rebo Wekasan oleh sebagian masyarakat pesisir di Pantai Waru Doyong.

Kemudian di Banyuwangi, ada pula komunitas warga yang melakukan tradisi tolak bala dengan makan nasi yang dibuat khusus, bersama-sama di tepi jalan.

Sementara sebagian warga Muslim di Kalimantan Selatan menyikapi Arba Mustamir atau Rebo Wekasan dengan beberapa cara, di antaranya adalah dengan salat sunah disertai doa tolak bala, selamatan kampung, tidak bepergian jauh, tidak melanggar pantangan, hingga mandi Safar untuk membuang sial. ***

Editor: Nanik Wahyuni

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jagung Rebus Cocok Untuk Menu Sarapan

Senin, 7 November 2022 | 20:00 WIB

Jagung Rebus Cemilan Saat Musim Penghujan

Senin, 7 November 2022 | 19:50 WIB

Manfaat Jagung Rebus Untuk Penderita Sakit Maag

Senin, 7 November 2022 | 19:38 WIB

Jagung Rebus Sangat Bagus Untuk Tingkatkan Daya Ingat

Senin, 7 November 2022 | 19:14 WIB

Jagung Rebus Sangat Bagus Untuk Program Diet

Senin, 7 November 2022 | 19:04 WIB

Tips Agar Hidup Bahagia, Ini 9 Kunci Untukmu

Kamis, 20 Oktober 2022 | 17:57 WIB

Hati-hati Kekerasan Saat Pacaran Lagi Marak

Kamis, 20 Oktober 2022 | 16:54 WIB

Ide Bisnis Untuk Anak Sekolah atau Kuliahan

Kamis, 20 Oktober 2022 | 00:58 WIB

Air Kelapa Muda Sangat Dianjurkan Bagi Ibu Hamil

Kamis, 20 Oktober 2022 | 00:42 WIB

Terpopuler

X